tulisan berjalan

“Teruntuk Sebuah Nama, yang terukir di prasasti kehidupan; pemberi warna di lembaran perjalanan waktu; pelengkap ruang kosong bernama Coste Sinistra; Teruntuk Sebuah Nama, Yang terucap lirih dalam sujud; kuikat cintaku dalam sucinya mahligai pernikahan; kusimpan rinduku hanya untuk putihnya perkawinan; dan kuukir sayangku di keeratan pertautan jiwa abadi; Teruntuk Sebuah Nama; Aku mencintaimu karena Allah).

Minggu, 19 Juni 2011

tolong beri aku mimpi indah, tuhan...

Terlalu banyak masalah yang terjadi saat ini, terlalu buruk situasi yang sedang kuhadapi, dan aku terlalu rapuh untuk semua itu. Saat ini aku ingin bermimpi. Mimpi yang indah.. memimpikan masa kecilku yang damai, tanpa beban, tanpa masalah. Semua serba indah.. doaku dalam hati
“Ya Allah, sekiranya Kau menyayangiku, Tolong beri aku mimpi yang indah. Tolong bantu aku melupakan masalahku. Tolong beri aku jalan keluar. Tolong damaikan hatiku. Tolong dinginkan otakku. Berikan aku kesejukan dalam setiap masalah yang ada. Atau sekiranya semua itu terlalu banyak dan tidak mungkin untukku. Aku mohon padaMu. Tolong izinkan aku tidur, yang nyenyak, yang lelap, walaupun tak kau beri mimpi yang indah. Izinkan aku melupakan sejenak semua masalahku hari ini,. Amin”



Malam ini air mataku mengering sudah. Sedari tadi mengalir terus tanpa bisa kuhentikan, tanpa bisa kukendalikan, terurai dengan sendirinya. Semakin hari semakin berat saja cobaan ini. Menguji kesabaran dan kekuatanku.
Sejak awal sudah kutekankan, aku tak butuh adu argumen. Aku tak butuh saling tuding dan bersitegang dengan meregang urat leher. Aku lelah dengan keadaan. Aku lelah dengan kamu.
Minggu pagi begitu cerah di kota Muntok. Hari ini, tanggal 19 juni 2011. Sayup – sayup ku dengar azan subuh berkumandang merambat melalui bisikan angin dan embun pagi untuk membangunkan umat manusia. Tak lain dan tak bukan hanya untuk memanggil dan mengingatkan umat agar segera bersujud dan bersimpuh kepada Tuhannya. Aku begitu malas karena semalam aku begadang. Aaku ngantuk...
Ku lirik jam di handphone, setengah 5 pagi. Ruangan ini begitu terang. Ya tuhan... aku baru ingat ternyata semalam aku tak bisa tidur gara – gara lampu di kamar menyala. Aku sekarang sedang menumpang di kontrakan sahabat, dan aku tak mungkin memintanya mematikan lampu sebelum tidur. Toh ini kosannya, hak nya...
Entah apakah aku tertidur atau bermimpi, tapi yang pasti aku kembali tersadar ketika jam menunjukkan pukul 06.05 wib. Secepat kilat aku beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Ku buang sisa – sisa residu kotoran kemarin, dan berwudhu secepatnya. Aku sholat subuh jam 06.10 wib. Sah kah sholatku? Aku tak tahu, yang pasti aku teringat kata guru agamaku waktu SMP. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Tuhan maha tahu.
Sehabis sholat subuh menjelang duha, ku lirik teman – teman kosan. Ada yang masih tidur pulas di bawah manjaan angin dari kipas angin kecil di pojok kamar, ada yang menggeliat – geliat seperti anak kucing bangun tidur, yang beberapa detik kemudian bergegas ke kamar mandi. Aku tersenyum kecil... kuambil lagi bantal empuk warisan dokter PTT dari jakarta dulu, kurebahkan tubuhku di kasur tipis ini dan kututup wajahku dengan bantal, karena silau lampu masih menggangguku. Ku coba memejamkan mata lagi, karena ku pikir hari ini adalah hari minggu.
Waktunya bermalas-malasan....
Satu menit kemudian, ketika otakku masih melayang – layang entah kemana. Hapeku berbunyi tanda ada sebuah pesan masuk. Kucari dimana posisi hape ku, ya ampun... ternyata ada di bawah kasur. Kulihat ada sebuah gambar amplop di sana. Ku pencet tombol buka pesan dan kubaca isinya.
Singkat,padat,jelas,dan menusuk..
“DITA, ANAK BU MIAH MENINGGAL”
Innalillahi wa innailaihi rojiuun... gumamku dalam hati. Jantungku berdebar cepat, otakku mendadak buntu tak dapat berpikir, selurh tulang,otot dan sendiku mendadak lumpuh layu. Aku lemas..!! aku sedih..!! aku kecew..!! aku takut..!! aku rumit..
Ku tarik nafas panjang. Kupejamkan mata, dan kurasa beban dalam hatiku begitu menumpuk. Apakah kalin memperbolehkan aku menguraikannya satu per satu?
1. Semalam aku sedikit tak nyaman, ketika dia, orang yang paling kutunggu smsnya, yang selalu kunantikan telponnya, benar – benar tak menghargaiku. Dia memilih PS dan teman-temannya. Bahkan telponku bukan lagi yang utama. Aku merasa sudah cukup mengalah dalam relationship ini. Aku mangalah demi pekerjaannya yang tak kenal waktu dan hari libur, mengalah demi diklatnya, mengalah demi samaptanya, mengalah memundurkan tanggal pernikahan demi dia, mengalah tak di sms atau di telpon demi ujian – ujiannya, haruskah sekarang aku mengalah demi PS? Aku begitu kesal.. saat itu sempat terpikir untuk menelpon orang lain saja.
2. Ketika aku sedang makan dengan temanku, hapeku berbunyi dari seorang mitra kerja di tempat kerjaku sekarang. Ternyata ada pasien mau melahirkan, tapi ketuban sudah pecah dan mules belum ada. Aku sudah meminta bantuan teman seprofesiku untuk menghandle pasien ini karena aku sedang tidak ada di tempat. Dia bilang akan di rujuk jam 11 malam ini jika tak ada kemajuan. Aku pun lega, karena bagaimanapun juga pasien ini adalah tanggung jawabku. Tapi begitu pagi tiba, ternyata pasien ini belum dirujuk juga. Aku stress... aku takut terjadi sesuatu dengan ibu dan bayinya. Aku panik... pekerjaanku memang menguras energi dan emosi.
3. SMS singkat barusan yang berisi berita kematian bayi bu miah. Ya tuhan... bayi ini baru berusia 1 bulan, anak ke empat dan satu – satunya anak perempuan di keluarga itu. Si ibu sudah tubektomi (steril) jadi sudah tak bisa melahirkan. Pasien ini juga masuk wilayah kerjaku. Yang berarti akan ada AUDIT MATERNAL PERINATAL. Ini bukan yang pertama aku membuat otopsi verbal kasus kematian bayi. Ini yang kedua kalinya... apa kata orang dinas?? Kenapa banyak bayi yang meninggal? Kinerjaku akan dinilai dan dibantai habis – habisan. Masa depan dan nama baikku terancam. Semua orang di profesiku pasti takut dan menghindari AUDIT MATERNAL PERINATAL. Dan aku.... aku... aku... baru 4 bulan bekerja harus menelan pil pahit 2 kali AUDIT MATERNAL PERINATAL. Aku mau gilaaaaaaa..... pekerjaan ini benar – benar membunuhku pelan-pelan.

Aku manusia biasa yang dituntut profesional, aku tak sanggup menahan beban ini sendiri. Ku telpon teman seprofesiku, ku paksakan dia merujuk pasien semalam. Aku panik... aku tak mau ada kasus kematian lagi di wilayah kerjaku. Ku SMS seniorku, kuberitahukan berita duka ini biar dia mengerti, bahwa aku juga sedang panik. Dan ku ceritakan semua masalah – masalahku ke teman – teman kosan ini. Mereka mengerti keadaanku saat ini.
Aku yang labil... aku yang rumit.. aku yang sensitif... dan aku yang sial mendapat dua kasus fatal sekaligus. Ingin rasanya saat ini juga aku kembali ke wilayah kerjaku dan menghandle semuanya, tapi tak mungkin. Aku masih lunglai... aku ingin merenung dulu..
Tiba – tiba hapeku berbunyi. Ada telpon dari dia..
Pembicaran berlanjut dan berlanjut, semakin memanas, memuncak dan ahirnya pecah berupa titik – titik air yang jatuh dengan sendirinya dari sudut mataku. Aku sakit!! Kenapa masalah datang bertubi – tubi? Kenapa ketika aku terpuruk di pekerjaanku, dia bahkan masih bisa mendebatku, memojokkanku, menghujatku dan menyakiti hatiku.? Kenapa?
Titik – titik ini berubah menjadi butiran – butiran yang semakin deras. Tak bisa ku kendalikan, tak bisa kehentikan, hanya bisa kunikmati lelehan panas dari sudut mataku. Kuhubungi orang tuaku, kulampiaskan semuanya. Aku durhaka saat ini, aku marah – marah, aku benci keadaan!!!!!!
Tuhan saat kuketik tulisan ini, ingin rasanya kubersujud memohon ampun di kedua kaki bapakku. Kenapa tadi aku bisa lepas kendali? Aku ingin minta maaf...
Ketika perasaanku mulai bisa kutata kembali, kukumpulkan sisa – sisa semangat dalam hatiku. Kuhapus mata yang merah dan bengkak. Ku basahi kepalaku dengan segayung air. Dingiiiiiin... menyegarkan... memberi semangat..!! kututup pintu kamar mandi kecil ini, dan aku basahi seluruh tubuhku. Aku ingin air ini bisa masuk merasuk ke dalam hatiku. Aku ingin mendinginkan kepalaku, otakku, semuanya.. usai mandi perasaaku sedikit lega.
Ku nyalakan kipas angin dengan kecepatan maksimal, kuhempaskan tubuhku di lantai ubin putih ini, dan ku pejamkan mataku. Aku lelah.... aku ingin tidur... aku ingin bermimpi yang indah.. aku ingin...
Terlalu banyak masalah yang terjadi saat ini, terlalu buruk situasi yang sedang kuhadapi, dan aku terlalu rapuh untuk semua itu. Saat ini aku ingin bermimpi. Mimpi yang indah.. memimpikan masa kecilku yang damai, tanpa beban, tanpa masalah. Semua serba indah.. doaku dalam hati
“Ya Allah, sekiranya Kau menyayangiku, Tolong beri aku mimpi yang indah. Tolong bantu aku melupakan masalahku. Tolong beri aku jalan keluar. Tolong damaikan hatiku. Tolong dinginkan otakku. Berikan aku kesejukan dalam setiap masalah yang ada. Atau sekiranya semua itu terlalu banyak dan tidak mungkin untukku. Aku mohon padaMu. Tolong izinkan aku tidur, yang nyenyak, yang lelap, walaupun tak kau beri mimpi yang indah. Izinkan aku melupakan sejenak semua masalahku hari ini,. Amin”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar