tulisan berjalan

“Teruntuk Sebuah Nama, yang terukir di prasasti kehidupan; pemberi warna di lembaran perjalanan waktu; pelengkap ruang kosong bernama Coste Sinistra; Teruntuk Sebuah Nama, Yang terucap lirih dalam sujud; kuikat cintaku dalam sucinya mahligai pernikahan; kusimpan rinduku hanya untuk putihnya perkawinan; dan kuukir sayangku di keeratan pertautan jiwa abadi; Teruntuk Sebuah Nama; Aku mencintaimu karena Allah).

Senin, 06 Juni 2011

Detik ini, detik saat diriku menangis karena keputusannya

Air mataku membasahi seluruh mataku saat ini, pada malam ini, saat-saat menjelang tidurku...

Aku tak bisa ceritakan apa yang kualami saat ini
Aku tak bisa mngatakan apa yang aku rasakan
Sebegitu sakitnya kah diriku?
Tidak,, aku tidak sakit tapi hati ini seperti teriris sebuah dipan kecil pada belati
Kau tidak mengerti, begitupun aku
Aku membutuhkannya
Aku merindukannya
Aku sangat menginginkannya

Tapi dia begitu jauh
begitu keruh jarak yang terhitung
Begitu peluh semua kurasakan kini

Aku hanya bisa menangis... menangis sejadi-jadinya...
Tak bisa lagi aku tidur untuk menenangkan diriku dalam menghadapi aktivitas padatku esok hari...

Jadi apa yang kita lakukan sejauh ini begitu tidak berharga?
Apa sangatlah hampa?
Apa aku sudah tidak berguna?
Bagaimana dengan rencana kita?
Apakah itu sudah lapuk dan tak perlu lagi kau dayagunakan semuanya?

Bagaimanapun aku berharap sebelum tidurku malam ini, air mataku telah mengering kembali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar